
"Jalan yang dilalui cinta sejati tidak pernah mulus."
A Midsummer Night's Dream
Waktu melesat lewat. Tahun demi tahun. Mula-mula, beberapa tahun. Kemudian selusin tahun. Lalu dua lusin. Mereka pernah menikah dengan orang lain. Masing2 dikaruniai anak. Hidup mereka menyusur dua jalur berlainan, tetapi paralel. Untuk menghormati cinta mereka, Ingrid menuruni tangga kelantai bawah tanah dan mengeluarkan sebuah peti tua yang teronggok di antara peti2 lain berisi selai dan apel.
Disana tersimpan bukti cinta mereka, tersembunyi sekian lama di peti itu, dikisahkan dan diceritakan kembali lewat lusinan surat yang ditulis dalam kurun waktu 3 tahun setelah perang dunia II. Peti itu dipindahkan ke Amerika serikat dari Jerman dan mengikuti Ingrid kemana pun dia pindah selama lebih dari 1/2 abad. Kata2 yang tertulis menjadi saksi cinta yang begitu kuat dan dalam yang tidak hilang dimakan waktu.
Meskipun serdadu Amerika itu mengirim surat tanpa nama penerima yang jelas, sedikitpun dia tidak pernah ragu bahwa serdadu iyu mencintainya - bahkan sampai 47 tahun kemudian. Waktu itu dia yakin, sekarang pun dia yakin bahwa mereka ditakdirkan untuk hidup bersama, walau hanya dalam hati atau dalam bayang2 kenangan mereka.
Mereka bertemu semasa di Berlin hanya dapat dicapai lewat udara pada tahun 1949. Ketika itu Ingrid bekerja di sebuah pangkalan Angkatan Udara di Jerman Utara. Disana bertugas pula selusin prajurit Angkatan udara AS. karena dia bisa berbahasa Inggris, keterampilan Ingrid dibidang administrasi dibutuhkan dan dia tidak menemukan kesulitan mengerti ajakan kencan serdadu2 itu.
Sebagian besar dari serdadu itu baru berumur 19, sebaya dengannya. Tak ada yang cukup dewasa untuk ditanggapi serius. Tetapi seorang serdadu Amerika dengan aksen selatan yang menarik membuatnya penasaran. Lee berumur 26 tahun, ramping, dan menawan. Ingrid menunggu. Tetapi selama berbulan2, serdadu itu tidak pernah mengajaknya kencan. Dia mencoba untuk tidak terlalu berharap. Mungkin serdadu itu sudah punya pacar.
Ketika perayaan 4 Juli ala Amerika Serikat dipersiapkan, Ingrid pusing karena mendapat beberapa undangan menonton perayaan itu. Sekurang2nya 7 serdadu mengajaknya pergi kepesta. Sekurang2nya 7 serdadu ditolaknya. Ingrid berharap Lee akan mengajaknya berkencan, tetapi sepanjang hari itu dia tidak melihatnya.
Lee muncul hanya beberapa menit sebelum jam kerja selesai. Jantung Ingrid berdebar kencang. Mungkin inilah saat yang kunantikan. Lee memang mengundangnya. Ingrid menerimanya dengan senang hati, dia menjelaskan tetapi dia tidak berani menghadapi serdadu2 lain yang telah ditolaknya.
"Aku akan mengaturnya " kata Lee. Dia membuka pintu dan bertanya kepada yang lain : " Bagaimana kalau kita mengajak Ingrid keperayaan malam ini ? " Maka begitulah Ingrid pergi, dengan menggandeng tangan Lee dan dikawal beberapa serdadu. Malam itu sungguh berkesan. Ada kembang api, cahaya nya memantul pada mata Ingrid yang berbinar2. Mata Lee juga demikian. Lee mengantarkan Ingrid pulang dan menciumnya sebelum berpamitan. " Ketika itulah aku tahu, inilah pria yang akan menjadi pasangan hidupku, " kata Ingrid. " Sejak awal aku sudah tahu. Aku tahu apa yang akan dia katakan bahkan sebelum dia mengatakannya. "
Sejak malam itu, keduanya tak dapat dipisahkan. Tetapi mereka hanya punya waktu 4 bulan sebelum Lee dikirim pulang ke Amerika serikat.
Setiap kali ada waktu luang mereka nikmati berdua, berjalan2 ditaman atau dihutan, berkunjung ke klub Angkatan Udara atau mengajak orang tua Ingrid makan malam diluar. Tak banyak yang bisa dilakukan di Celle waktu itu, jadi mereka lebih sering duduk2 ditoko kue kecil sambil mengobrol.
Obrolan mereka menjadi makin serius. Lee ingin menikah. Dia mengajak Ingrid pindah ke AS. Ingrid senang sekali, begitupula orang tua Ingrid. Pasangan ini tidak mengetahui apa yang terjadi dimasa depan. Pada hari Lee harus kembali ke Pangkalan Angkatan Udara Hamilton di utara San Francisco, mereka sama-sama merasa berat untuk berpisah. Tetapi, mereka juga sedikit lega karena tahu bahwa Lee bisa mengaturnya, dia akan memboyong calon pengantinnya kerumahnya.
Apa yang tidak diketahui pilot itu ketika dia meninggalkan Jerman adalah bahwa personel militer tidak diizinkan mensponsori imigran yang ingin pindah ke AS. Lee sangat gusar. Dia memutuskan untuk kembali ke Jerman untuk menemui Ingrid. Dia mengajukan permohonan untuk ditugaskan kenbali ke Jerman. Beberapa kali permohonannya tidak dikabulkan. Akhirnya dia mendapat kesempatan untuk kembali ke Jerman dan mengira sudah berhasil.
Sialnya, dia menderita radang usus buntu akut dan dirawat dirumah sakit selama beberapa hari. Unitnya berangkat tanpa dia. Kemudia dia mendapat tugas baru. Dia akan dipindahkan ke Asia selama 3 tahun - mungkin ke medan perang Korea.
Membuat keputusan paling sulit dalam hidupnya yang rasanya "seperti menebas tanganku sendiri". Lee menulis surat kepada kekasihnya : " Kita harus berpisah. Kudoakan semoga kau bahagia "
Sejak itu mereka kehilangan kontak.
Beberapa tahun kemudian, Ingrid pindah ke Newyork untuk tinggal bersama bibinya yang segera mencoba menikahkannya dengan seorang pria tua kaya raya. Ketika Ingrid menolak lamaran pria itu, bibinya sangat marah sampai Ingrid tahu2 menemukan dirinya sudah berada di dalam pesawat. Dia terbang ke Chicago untuk menemui satu2nya pria lain yg alamatnya dia tahu di Amerika. Pria itu bekas kawan kuliahnnya. Mereka bersahabat. Dan meskipun tahu bahwa Ingrid telah menyerahkan hatinya kepada pria lain, pria itu bersedia menikahinya.
Ted dan Ingrid punya 2 anak laki2, Karl & kevin. Perkawinan mereka bahagia, tetapi kadang2 Ingrid masih suka turun ke ruang bawah tanah untuk membaca surat2 dari Lee. Dia banyak menangis, menduga2 apa yang sebenarnya terjadi. Dia menangis lebih sedih lagi ketika Ted, pada usia 41 tahun meninggal di malam natal. Dia seorang pria dan suami yang baik yang memahami cintanya kepada Lee. Sejak itu Ingrid memutuskan untuk tidak pernah lagi memikirkan hubungan serius dengan pria lain dan memusatkan dirinya untuk melaksanakan prioritas utamanya, yaitu membesarkan kedua putranya.
Cinta lewat, tak pernah singgah di hati Ingrid selama dua dekade. Dia punya banyak waktu untuk merenungkannya.
Lee sudah pensiun dari pekerjaan nya sebagai manajer kontrak penjualan pesawat terbang di Hughes. Dia pernah menikah 2 kali dan punya 2 anak. Beberapa tahun terakhir ini, dengan kepedihan mendalam dia menunggui istri keduanya menginggal pelan2 digerogoti kanker pankreas. Dia merasa, hidupnya tak ada gunanya lagi. Dia menjalani hidupnya dengan menyendiri, merasa hidupnya sangat berat, sampai sepucuk surat tiba ditangannya.
Dia menyobek sampulnya. Surat itu dari Ingrid. "Aku kaget sekali". Ternyata selama ini dia tinggal di AS. Inilah masa depanku, disini.
Dia duduk, menulis surat balasan, dan mengeposkannya hari itu juga.
Mungkin ada kesempatan baginya untuk jatuh cinta lagi.Dia tak pernah melupakan Ingrid.
Ketika terakhir mengeluarkan peti itu dan menangis selama 1 jam, Ingrid baru saja pensiun dan hanya bekerja paro waktu mengajar bahasa Jerman disebuah college. Kali ini dia tertegun. Mengapa dia tidak mencari Lee ? Kedua putranya sudah dewasa dan akan meninggalkan rumah. Siapa yang tahu terjadi pada Lee ? Selama 1 minggu berikutnya dia terobsesi mencari Lee. Kemudia dia ingat bahwa salah satu muridnya adalah pensiunan perwira. Dia minta tolong dan muridnya itu memberinya nomor telepon Pusat Pensiunan Angkatan Perwira.
Sambil menahan napas dia duduk di dekat pesawat telepon, menunggu. Jantungnya berdebar2 selama 30 menit. Ya, ada 3 nama Lee Dickerson yang sudah pensiun, masing2 dari cabang muliter yang berbeda2. Lee yang dia maksud pasti pernah bekerja di Angkatan Udara. Pusat itu mengirimkan suratnya ke alamat Lee yang itu. Biayanya $. 3,50. Dalam surat itu INgrid menulis kepada Lee bahwa dia merasakan dorongan yang kuat untuk menemukan pria itu, dan menutup suratnya dengan : " Kuharap aku tidak membuat diriku tolol dengan menyerah pada dorongan ini".
Ketika surat itu tiba dikotak suratnya, Ingrid langsung tahu bahwa itu dari Lee. 47 tahun kemudian, dia masih bisa segera mengenali tulisan tangannya. Dia langsung menyobek sampulnya dan nyaris tidak sanggup membacanya karena terlalu bersemangat. Lee mengatakan dia sudah pensiun, sudah menduda, dan senang sekali Ingrid menemukannya. Dia tak pernah melupakan Ingrid, tetapi menurutnya lebih baik dia menulis surat daripada menelpon untuk " menghidupkan bara lama ".
Persetan dengan surat menyurat, begitulah perasaan Ingrid. Dia masih sperti gadis 19 tahun yang lugu yang dikenal Lee di Jerman sekian tahun lalu. Gaya Ingrid masih seperti itu. Dia langsung berlari kepesawat telepon , menelpon Lee dan kecewa ketika dijawab oleh mesin penjawab. Malam itu Lee menelponnya dan mereka berbicara berjam-jam. Mereka memutuskan untuk bertemu di Tucson, karena Ingrid akan pergi kesana untuk mengunjungi putranya dan karena putra Lee juga tinggal di Arizona.
Didalam pesawat terbang Ingrid mulai panik. Apa yang akan diperbuatnya ? Apakah dia sudah gila ? seharusnya dia lupakan ini sekarang juga. Kalau saja dia bisa menemukan cara untuk keluar dari pesawat. Tetapi emosinya telah mereda ketika dia turun dari pesawat.
Dia memandang Lee sekilas, masih jangkung dan nyaris masih seramping ketika usianya 26. Mereka berpelukan lalu menghabiskan waktu satu minggu bersama2 dan berbagi cerita. " rasanya 47 tahun lenyap begitu saja ", kata Ingrid " Kami berpelukan, dan berciuman dan terus berpegangan tangan. "
Sebelum pulang kerumah masing2, mereka berjanji untuk bertemu lagi dalam beberapa bulan. Tetapi Ingrid tak tahan bepisah lagi. " Berat sekali rasanya untuk berpisah ", katanya " sungguh mengerikan ".
Lee terbang ke Chicago untuk berkunjung, tetapi dia khawatir akan jadi omongan tetangga Ingrid.
Ingrid menanggapi " Siapa yang peduli omongan tetangga ? Jangan pedulikan mereka. "
Kali ini, Ingrid dan Lee yakin mereka akan menikah. Tak ada yang menghalangi mereka.
Mereka menikah tanggal 2 Jan 1997, dibekas kapal pesiar Queen Mary yang ditambat di Long Beach. Ingrid mengenakan Gaun putih sepanjang lutut. Lee mengenakan seragam Angkatan Udara dengan lencana mayor berbentuk daun ek. Umur Ingrid 67. Lee 74. Pernikahan mereka dihadiri sekitar 70 sanak keluarga dan wartawan Internasional yang tertarik meliput terwujudnya cinta sejati pada kesempatan kedua.
Setelah kilau lampu kamera padam dan sanak keluarga pulang, Lee dan Ingrid menikmati hidup yang tenang, yang pernah mereka coba jalani ketika mereka masih sangat muda.
Bagian terakhir dari kisah cinta mereka ditutup dengan manis. Ingrid menulis :
" Hatiku kini sangat bahagia karena aku tahu, cinta ku yang pertama akan menjadi cintaku yang terakhir. "
( CSFTCS - Diana Chapman )

Tidak ada komentar:
Posting Komentar