Senin, 16 Mei 2011

HANGATNYA YOKLADI ( Yogya, Klaten, Dieng )

Awal Bulan Oktober 2010 saya booking tiket perjalanan kami berdua ke Yogyakarta untuk liburan. Sejenak melepas kepenatan ibukota. Tiket PP sudah ditangan untuk perjalanan ditanggal 9-14 Desember 2010. Menghitung hari demi hari yang berlalu, tepat 26 October berita disana sini membuat saya panik, kenapa ?? Gunung Merapi di Yogyakarta meletus dengan gegap gempitanya mengambil korban dan simpati dari semua pihak.Rasanya untuk bencana alam yang diYogyakarta ini saya tiap hari selalu pantau perkembangannya diberita.Mulai dari awan panas, abu vulkanik, Lokasi wisata tertutup debu, sampai banjir lahar dingin -___-" .
Secara logika rasanya pasrah kalau seandainya tiket dan rencana saya ke Yogyakarta awal Desember nanti akan hangus & buyar, namun perasaan mengatakan lain hal. Jadi saya berserah sama TUHAN dan tenang-tenang aja sambil pede kalau ditanya " jadi keyogya ?? " pasti saya jawab " jadi, liat aja nanti .." hihihi....
Thanksss GOD, akhir November 2010 dapat informasi bahwa Yogya sudah aman dan bersih, kawasan2 wisata pun dibuka sepenuhnya. Awal Desember saya dan suami membuat rencana perjalanan bersama kemana dan bagaimana kami akan menghabiskan waktu perjalanan kami selama 6 hari 5 malam itu. Kami berdua merencanakan liburan ala backpacker ( mumpung masih muda dan masih berdua pula ^_^ ). Berbagai rekomendasi & informasi para "suhu" traveller lainnya juga di bantu dengan kemudahan dan kecanggihan teknologi, kami pun dapat menentukan budget Perjalanan kami. Yes we are ready to go ...!!!!

9 Desember 2010
sebelum lepas landas

Hari yang dinanti pun tiba, kami berdua siap menuju bandara pagi-pagi buta. Pesawat yang kami berdua gunakan adalah Air Asia, jam keberangkatan kami saat itu jam 6 pagi. Jarak tempuh Jkt- Yogya hanya 1 jam perjalanan. Tidak terasa pukul 7 kami sudah tiba di Bandara Adisucipto. Karena masih pagi tentu saja jalanan terlihat sepi. Segera kamipun bergegas mencari halte Transbus Yogya untuk ke tujuan penginapan kami. Transbus Yogya sama seperti busway dengan jalur tersendiri namun besar busnya tidak sebesar Trans Jakarta, namun cukup memudahkan kami dan masyarakat Yogya bila ingin naik transportasi yang murah dan bebas hambatan. Tarifnya pun hanya 3000 rupiah/org. Kamipun langsung mencari Halte Trans Yogya Adisucipto untuk jurusan ke halte Malioboro 2 ( tepat di depan Jl. Sosrowijayan ). Kamipun tidak menemukan kesulitan mengenal arah jalur koridor karena sebelum bepergian saya telah meng-copy daftar jalur Transbus di Yogya. Hanya menempuh perjalanan /- 30 menit saja akhirnya kami tiba di kawasan Malioboro. Hemat bukan bila dibandingkan naik taksi. 

kartu Trans Yogya
   
Sampai di Jl. Sosrowijayan, kami langsung mencari-cari penginapan yang masuk budget kami berdua. Toh kami berdua pastinya kebanyakan keluar dan jalan-jalan. Akhirnya kamipun menemukan hotel Merbabu yang terkenal dikalangan backpacker yang tentu juga saya telah lihat reviewnya dari para "senior" di dunia maya. Kamarnya bersih dan kami mendapat breakfast pula. Setelah menaruh barang-barang bawaan, kamipun bergegas mencari sarapan dan memulai perjalanan seru kami berdua.
kamar Hotel Merbabu
Pagi itu kami berdua sarapan nasi soto, yang unik nya saat kami makan adalah tontonan didepan kami yakni demo mahasiswa masalah Referendum Yogya didepan istana presiden. Mereka berdemo agar Yogyakarta tetap menjadi daerah Keistimewaan mengingat sejarah panjang dan budi dari kesultanan atas Republik Indonesia. Setelah kenyang, kami berdua langsung city tour ke Benteng Vredeburg.
depan Benteng Vredeburg
Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait erat dengat lahirnya Kasultanan Yogyakarta. Benteng yang didirikan pada tahun 1760 mengalami banyak pemugaran dari masa ke masa dan diprakarsai dari Perjanjian Giyanti pada jaman Belanda.
Sampai pada Tanggal 23 November 1992 Benteng Vredeburg resmi menjadi Museum Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Vredeburg. Karena telah difungsikan sebagai museum modern, Benteng Vredeburg memiliki koleksi lengkap meliputi koleksi bangunan, koleksi realia, koleksi foto termasuk miniatur dan replika serta koleksi lukisan. Selain itu terdapat pula 4 ruang pameran minirama sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Museum didalamnya pun nyaman karena bersih dan sejuk, kami berdua pun jadi mengingat kembali sejarah bangsa Indonesia melalui museum. 

diatas becak motor
Puas berkeliling kami pun melanjutkan perjalanan ke lun-alun Utara, disepanjang jalan banyak becak yang menawarkan untuk mengantar kami berkeliling ke tempat-tempat wisata seperti Keraton, Museum, pusat oleh2 dagadu, taman sari, dll dengan hanya biaya 5ribu rupiah saja dan mereka menunggu kita selama itu. Umm...murah sih tapi kok kayanya saya gak tega memakai jasa tukang becak kebanyak tempat dan ditunggu pula dengan harga seminim itu. Untuk informasi, memang mereka tarifnya segitu bahkan terkadang bila persaingan ketat ada yang menawarkan 3ribu rupiah saja. Kami berdua pun geleng-geleng kepala yah walaupun kami sudah tahu bahwa para tukang becak pun mendapat komisi dari tempat wisata ataupun oleh-oleh setiap kali mereka membawa wisatawan domestik maupun asing apalagi bila wisatawan itu membeli buah tangan. Berbekal peta Yogya, kami pun meneruskan perjalanan dari malioboro ke arah alun-alun dengan berjalan kaki, namun di tengah perhentian kami ada salah satu tukang becak yang berbeda dari becak2 yang lain. 

Kali ini kami lihat becak nya bertenaga motor dan bisa mengantarkan kami ketempat2 yg jauh lebih cepat. Langsung saja kami mengiyakan. Tempat pertama yang kami tuju adalah Museum Kereta Kencana dengan tiket hanya @3000 saja dan kami ditemani oleh bapak pemandu dari museum tersebut, kami dijelaskan berbagai macam bentuk keindahan kereta dengan fungsinya masing-masing. Salut saya mendengar penjelasan dari bapak pemandunya karena dia begitu detail menjelaskannya bahkan bisa menjawab setiap penasaran saya, tidak seperti dia hanya menghafal kata-katanya saja. Mulai dari kereta panglima, kereta untuk pernikahan Raja, Kereta Jenazah yang meski untuk jenazah tapi bagus bentuknya, dan kereta-kereta lainnya. 
museum kereta kencana


 Ada satu kejadian menarik saat saya dan suami berfoto di depan salah satu kereta. Bapak pemandu yang mengabadikan foto kami terkejut karena foto kami tampak sangat jelas, tidak kabur. Lantas saya bertanya : " kenapa memangnya pak ? " , jawabnya : " kebanyakan foto didepan kereta ini selalu tidak jelas, karena ini kereta Sultan yang konon kabarnya di naiki bersama Nyi Roro Kidul ". Konon kabarnya pada saat Sultan ( Sultan yg keberapa saya lupa ) naik kereta ini, ada beberapa orang yang lihat dia bersama Nyi Roro Kidul, tapi saat sudah sampai tujuan hanya Sultan saja yang turun dari kereta tersebut. Bulu kuduk saya langsung merinding, percaya gak percaya. Puas dengan berkeliling melihat museum Kereta Kencana dan foto Sultan dari masa ke masa, kemudian dilanjutkan ke pembuatan batik dibelakang museum tersebut, kami pun mengucapkan salam perpisahan dengan si Bapak pemandu dan melanjutkan perjalanan kami ke tempat selanjutnya.
kereta legenda

KotaGede jadi tujuan kedua city tour kami, Karena becak kami bertenaga motor jadi tak perlu waktu lama untuk sampai kesana. Segera kami pun sampai ke toko workshop pembuatan perak, saya melihat dari awal proses pembuatan sampai pada jadinya. Senang sekali melihat pembuatan perak dengan model Kupu-kupu dan Bunga, karena sangat detail dan menurut saya susah buatnya, makanya harganya pun bervariasi. Karena  tempatnya menyatu dengan toko, jadi saya pun bisa langsung melihat hasil-hasil yang siap dipasarkan. 
 
 Lucu-lucu modelnya. Harga perak juga bersaing dengan sistem jual-beli seperti halnya emas. Karena perak tidak akan berkarat. Puas di kota gede, kami pun melanjutkan perjalanan kami ke Taman Sari.
pengrajin perak
Sampai di Taman Sari kami pun membeli tiket @3000, sama seperti di Museum Kereta Kencana kami pun ditemani oleh pemandu. Sebenarnya sih kalau pun tidak mau pake pemandu bisa saja, namun kami memutuskan pakai pemandu karena ingin tahu juga sejarah taman sari di Yogyakarta ini bukan hanya sekedar foto-foto. Mulai dari halaman depan, kami diajak naik tangga ke atas, dari atas itu kami bisa melihat seluruh dalam taman sari. Dijelaskan bahwa ini adalah tempat Sultan duduk melihat pertunjukkan tarian di tengah-tengah, sedangkan abdi dalemnya duduk di halaman bawah. Dijelaskan pula bahwa taman sari adalah tempat Sultan bersenang-senang melepas lelah dan memadu kasih dengan selir-selirnya. Kami pun menuruni tangga dan menuju halaman tengah tempat pertunjukkan dimana para penari-penari ataupun penyanyi ber ekspresi disana. Kemudian kami pun di bawa ke kolam pemandian, dijelaskan pula kepada kami bahwa ini adalah kolam pemandian dari Sultan bersama selir-selirnya. Wow, suami saya langsung takjub karena Sultan mandi dan bermain-main bersama banyak wanita yang jadi selirnya. hahaha...

@taman sari
Kemudian kami pun ditunjukkan kamar Sultan diatas bila dia ingin memadu kasih dengan 1 selirnya ( artinya bukan sama semuanya yah hehehe ), dijelaskan juga tata caranya yaitu, Sultan akan melemparkan 1 tangkai bunga yang dilempar dari kamar atas ke kolam pemandian yang dibawah. Selir-selir pun berebutan menangkap tangkai bunga tersebut, barangsiapa yang berhasil menangkapnya maka dialah yang akan bersama Sultan dikamar tersebut.  

 Saya pun penasaran melihat kamar atau ruangan privasi Sultan pada masa itu. Kemudian kami pun sampai keatas, disitu terlihat tempat tidur dan kolam pemandian yang lebih kecil untuk berdua bersama selir yang telah terpilih tersebut. Sangat detail, karena ada ruangan juga dimana sebelum memadu kasih si Selir harus di ratus dan di berikan wewangian. Sesudah itu biasanya Sultan akan memberikan hadiah kepada selir yang terpilih tersebut. Setelah puas berkeliling taman sari, kami pun ditunjukkan lokasi taman sari lainnya yakni tangga 3. Lokasi ini juga terkenal dan suka dijadikan lokasi syuting. 


Sesuai dengan kepercayaan, tangga pun dibuat 5 arah, lokasi ini seperti gua, antik bagi saya. dibuat jalan tembus pula. Dulu tempat tangga berundak ini menyatu dengan lokasi taman sari sebelumnya, namun sekarang dipisahkan oleh rumah-rumah penduduk. Kemudian saya banyak bertanya dengan bapaknya,

S : " ini kok banyak rumah penduduk pak ? "
B : " dulu ini kosong non, rumah-rumah yang non lihat ini adalah rumah abdi dalem yang tanahnya dikasih Sultan, jadi sebenarnya ini masih tanah Keraton Sultan. "
S : " oh baik banget ya pak Sultan itu, bapak sendiri uda kerja lama di taman sari ?? "
B : " Iya memang non, saya sudah lama disini, karena saya generasi ke 3 dari kakek saya sebagai abdi dalem."
S : " maksudnya gimana pak, abdi dalem itu turun temurun kah ?"
B : " iya non, kakek dan bapak saya abdi dalem, nah karena kakak saya tidak mau menjadi turunan abdi dalem, maka saya generasi selanjutnya yang melanjutkan tugas kakek dan bapak saya dikeraton. "
S : " emang kerjanya abdi dalem itu apa sih pak ? "
B : " macam-macam non, sesuai tugas masing dulu kakek saya tugasnya hanya menyalakan lampu dimalam hari, maka sampai generasi selanjutnya pekerjaan saya tetap seperti itu. Rata-rata yang petugas daerah wisata, pemandu adalah abdi dalem "
S : " oh gitu ya pak, digaji pak sama keraton ? "
B: " ada non, tp ga besar, itu saja sudah bersyukur Sultan sudah baik, kami punya tempat tinggal, tapi rencananya taman sari akan di renovasi lebih besar dan bagus, jadi satu. "
S : " terus rumah-rumah penduduknya dikemanain pak ? "
B : " oh itu urusannya Sultan non. "
S : " oh gitu, iya pak makasih penjelasannya. "
Wew, salut gw sama si Bapak. Selain rendah hati dan sopan, kesetiaan abdi dalem itu yang patut di acungi jempol. Gue jadi mengerti mengapa Sultan sangat disayangi oleh masyarakat Yogyakarta. Puas berkeliling dan bertanya-tanya, kami pun melanjutkan ke Keraton Yogyakarta dan taman pintar. Dengan harga tiket yang murah meriah pula, kami sibuk mengabadikan setiap moment perjalanan. Hampir jam 2 siang, setelah lelah, kami pun memutuskan untuk kembali ke penginapan. Saya pun mengucapkan terimakasih kepada Mas tukang becak yang setia menunggu kami selama itu dan tak lupa meminta nomor teleponnya bila besok-besok saya perlu jasa dia lagi untuk diantar-antar. Saatnya kami berdua beristirahat.
Sorenya kami siap menjelajah kuliner alias cari makan malam. Banyak sekali tukang makanan berjejer sepanjang jalan malioboro, begitu pula dengan pedagang batik, baju-baju, tas, pajangan,dll. Kami pun berjalan menuju stasiun Tugu, tepatnya kami akan mencoba makan di angkringan, disepanjang jalan itu berderet tukang angkringan. Menu yang di tawarkan antara lain nasi kucing isi ikan teri, ada pula yg isi tempe, kopi joss, gorengan, dll. Kamipun makan disana, ternyata enak dan harganya murah bangeeettt untuk 1 nasi ikan teri hanya 1500 rupiah saja. Harga pun bervariasi mulai harga 1000 - 2000. Jadi malam itu makan kami berdua sangat hemat kan ?
Setelah kenyang kami pun melanjutkan ke Tugu Yogya dan berjalan-jalan di malioboro dari ujung ke ujung, tak lupa juga mencicipi jajanan malioboro di malam hari. Sungguh mantap perjalanan malam itu, dimulai dari obrolan kuliner yogya sampai rencana dihari kedua besok sambil berjalan ke arah hotel kami. Kami pun mencari-cari tour travel lokal untuk rencana perjalanan kami besok. Untuk informasi, disepanjang jalan sosrowijayan banyak sekali tour travel lokal, jadi memang lebih murah ambil tour langsung di yogya nya saja.
Setelah puas membandingkan harga paket dan destinasinya, kami pun memutuskan hari kedua kami ke Pantai-pantai indah sepanjang Gunung Kidul.

10 Desember 2010

06.30 , Saya Bangun dengan bersemangat pagi itu, bersiap-siap untuk sarapan yang di sediakan oleh pihak Hotel Merbabu. Menu kami pagi itu Omelet Sandwich. Kami beruntung tahu hotel ini dari browsing di internet, selain murah, bersih dapat sarapan pula. Selesai sarapan kami pun bergegas bersiap-siap mandi, karena pagi itu kami ingin berjalan-jalan dulu ke Pasar Beringharjo, tempat yang kami tuju sebagai tempat kami akan membeli oleh-oleh nantinya, selain lengkap harganya pun lebih murah di bandingkan di sepanjang Malioboro. Puas windows shopping ( saya hanya melihat-lihat dulu, beli oleh-olehnya dihari terakhir biar gak kalap hehehe.. ), saya pun bergegas kembali ke hotel dengan berjalan kaki saja, sambil membuat list oleh-oleh untuk keluarga dan teman-teman.

Jam 11.00 siang kami pun dijemput dan siap melakukan petualangan di pantai-pantai indah Yogyakarta. Pantai-pantai indah tersebut berada di daerah Wonosari, yang sepanjang jalannya kami melalui perbukitan, gunung-gunung dan daerahnya masih desa-desa, yang kanan kirinya ladang jagung, hutan jati. Pemandangan yang mengagumkan, sambil Pak Sopir menjelaskan tempat yang kami lewati. Tak terasa sampai juga kami di daerah Gunung Kidul. Pantai pertama yang kami datangi adalah Pantai Kukup, sebelum masuk kami makan siang disana, karena saat itu bukan musim liburan ataupun akhir pekan, tempatnya sepi pengunjung. Justru saya sangat suka karena tidak penuh orang dan bisa sepuas hati bernarsis ria tanpa tunggu giliran. Tiket masuk ke pantai 6000 rupiah saja. di sepanjang jalan masuk ke pantai banyak pedagang kerang, ikan, dll walau hanya beberapa orang saja.
tangga menuju top pantai kukup
Tiba di lokasi pantai, wow bagus sekali pantainya, dilokasi pantai juga di didirikan bangunan dengan jembatan kearah atas, mirip Tanah Lot walau tidak sealami tanah Lot. Pantainya pun masih bersih, dan dari ketinggian atas kami bisa melihat keseluruhan pantai, serasa di Uluwatu Bali. 
atas pantai kukup
Untuk kepantai-pantai berikut, lebih baik bawa kendaraan (
motor ataupun mobil ) karena jarak 1 pantai kepantai lainnya walaupun 1 daerah namun agak jauh bila ditempuh dengan berjalan kaki. Tak lupa kami pun mengabadikan kenangan kami bersama disana. Pantai ke dua yang kami kunjungi adalah Pantai Drini, pantai ini salah satu yang masih jarang ter ekspos ketimbang pantai Baron ataupun pantai Paris ( Parang tritis ) yang sudah lebih dulu terkenal. Banyak kapal nelayan pula disepanjang sisir Pantai Drini. Cuaca sangat bersahabat kala itu, berawan jadi tidak ada matahari. Pantai selanjutnya yang kami datangi adalah Pantai Krakal dan Pantai Sundak. 
indahnya pantai kukup

Ada pengalaman menarik selama di Pantai Sundak sore itu, yakni mulai dari penduduk asli menangkap Gurita dengan tangan kosong dan cacing laut yang tentu saja kami hanya jadi tim penonton, sampai wawancara saya dengan si Ibu pencari kerang untuk dijadikan kalung-kalung maupun hiasan lainnya yang terbuat dari kerang. Pengunjung pantai Sundak sore itu bisa di bilang hanya kami dan selebihnya penduduk nelayan. 




Pantainya masih sangat bersih, sehingga saat saya berpijak di karang, saya pun bisa melihat ikan dan mahluk laut lainnya di bibir pantai sore itu. 
 

 Tak terasa 6 jam berlalu, dan hari pun sudah hampir gelap, kamipun bergegas pulang yang diikuti oleh gerimis malam itu. Pak Sopir yang sabar pun selama perjalanan bercerita tentang banyak hal, mulai dari keluarganya, pekerjaannya sebelumnya di kota Jakarta, setelah menabung dari hasil yg dia dpt dari kerja di Jakarta dia memutuskan pulang kampung karena lebih enak tinggal di Yogya karena tentu saja biaya hidup lebih murah, dsb. Kami pun melewati daerah Imogiri, desa pak Sopir yang masih alami dan sering dijadikan lokasi syuting FTV. 
pantai sundak

Sampai tiba di Hotel jam 18.45, setelah mengucapkan terimakasih kepada Pak Sopir, kami pun beristirahat sejenak sambil membersihkan diri dari sisa-sisa pasir yang masih menempel dan lengketnya air laut.
Saatnya berburu makan malam, kali ini kami berjalan ke arah alun-alun selatan, ternyata jauh juga, kembali kami pun makan angkringan lagi disana, ternyata walaupun sama-sama isi nya ikan teri tapi cita rasanya beda dari yang kemarin. 
Sambil makan, kami pun disuguhi pemandangan becak unik dengan hiasan lampu warna-warni dengan macam-macam bentuk seperti burung garuda, bunga-bunga, dll. Kawasan alun-alun memang diminati oleh banyak orang juga para pasangan. Malah di alun-alun Utara tepatnya ada yang namanya permainan " Masangin " yakni kita ditutup matanya dan berjalan dari tempat dimana kita berdiri kearah pohon beringin, konon katanya bila jalan kita lurus dan sampai di ujung, permohonan kita akan dikabulkan. Seru kan ??
 Selesai makan malam, karena sudah lelah kami pun pulang naik becak kehotel kami dan beristirahat untuk perjalanan besok berikutnya.
angkringan

nasi kucing teri








 11 Desember 2010
09.00 pagi kami bangun, tidak seperti sebelumnya kami bangun lebih siang. Hari ini rencana kami ke Candi Prambanan, setelah sarapan kami pun menyiapkan barang-barang untuk check out siang ini.
10.45 kami check out siang itu. Kami ke Candi Prambanan dengan Trans Yogya kembali. Dari Shelter Malioboro 2 sampai tiba di Shelter terakhir yakni Shelter Terminal Prambanan. Hemat hanya membutuhkan biaya 6000 rupiah saja. Perjalanan sekitar /- 30 menit saja menggunakan Trans Yogya. Sampai di Terminal Prambanan, kami pun naik Andong mencari penginapan disekitar Prambanan. Pilihan saya jatuh di penginapan ( saya lupa namanya ), lokasinya depan pintu masuk Candi Prambanan.
view resto boko

Beruntung pula kami mendapat kamar yang luas dengan harga yang standarnya diatas 200rb-an dengan harga yang lebih murah, itu dikarenakan tinggal 1 kamarnya, sisanya sudah di booking anak sekolahan. Jadi karena tinggal satu pula, dan kami pun hanya menginap sehari saja makanya di berikan harga miring.
istana ratu boko
Selesai check in dan menaruh barang bawaan, kami pun bergegas ke Candi Prambanan dan Candi Ratu Boko. Tiket terusan @30,000. Kami pun memutuskan untuk ke Istana Ratu Boko terlebih dahulu. Untuk ke sana kami menunggu jemputan mobil di Shelter yang telah ditentukan. Bersama turis yang lain kami pun menuju kesana. Melewati hamparan sawah hijau, akhirnya pukul 12.45 kami tiba disana.
Sebelum naik keatas, kami berdua menyempatkan diri untuk makan siang di resto Ratu Boko. Tempatnya pun indah dari ketinggian bisa melihat pemandangan hijau dan Siluet Gunung Merapi yang tinggal setengah. Tak lupa kami pun mengabadikan foto disana. Resto ini juga sering dijadikan Wedding outdoor party, ataupun acara lainnya.
pemandangan dari atas
prambanan
Setelah makan kami pun siap menjelajahi sisa-sisa peninggalan dari Istana Ratu Boko tersebut. Dari pintu masuk, kita harus menaiki anak tangga dan berjalan kaki sebelum akhirnya masuk ke pintu Candi. Puas berjalan-jalan di Ratu Boko, kami pun kembali ke Candi Prambanan. Pada saat kami datang beberapa candi sedang dibersihkan dan dipugar karena efek letusan Gunung merapi yang lalu.
@ ratu boko

Banyak candi-candi kecil juga disekitar Candi Prambanan yang membuat saya takjub akan hebatnya orang-orang dijaman lalu bisa buat candi dari batu semua dan tahan lama berdiri sampai masa ini. Di Prambanan tak lupa kami memasuki Museum yang menceritakan sejarah dari Prambanan dan Batu-batu prasejarah masa lampau.
Tak terasa sudah sore, Puas berfoto kami pun keluar dari tempat wisata itu menuju penginapan kami. Selesai beristirahat dan mandi, kami pun segera mencari makan malam disekitar Prambanan. Tak seperti Malioboro yang selalu ramai, daerah ini lebih sepi, padahal masih jam 18.30 malam. Akhirnya pilihan kami jatuh pada sebuah warung lesehan Bu Darmi  yang berada di sepanjang jalan perbatasan Klaten - Solo. Malam itu kami memesan Ayam Bakar & Bebek Goreng. Kawasan kuliner malam itu tak hanya menjadi pilihan kami menikmati kebersamaan saya dan suami, tapi beberapa pasangan muda juga.
prambanan dari kejauhan
Setelah puas dan santai beberapa waktu, kamipun kembali ke penginapan kami untuk beristirahat. Ada satu perasaan mistis yang saya dan suami rasakan, entah mengapa perasaan kami tidak enak selama berada di kamar kami, sepertinya tak hanya kami berdua yang ada di ruangan itu dan mungkin apabila kami tidak terlalu lelah seharian tadi, sulit rasanya bagi kami tertidur nyenyak. Pengalaman saya ini tidak ada maksud untuk menakut-nakuti, tapi saya hanya menceritakan apa yang saya dan suami rasakan.

12 Desember 2010
09.00, Pagi hari setelah kami berkemas, kami pun segera check out untuk melanjutkan perjalanan kami. Kami pun berjalan ke arah terminal Prambanan untuk kembali ke Malioboro shelter, namun pagi itu kami berjalan melewati satu tempat makan " Sop ayam Pak Min " di Klaten sebelum terminal Prambanan. 
sop ayam Pak Min

Yang membuat kami penasaran adalah jumlah pengunjungnya yang banyak pagi itu di tempat makan itu, sedangkan kanan kirinya sepi. Segera saja kami pun ingin membuktikan rasa penasaran kami dengan kuliner itu. Saya dan suami ingin memesan sop ayam dada, namun ternyata sudah habis bagian dadanya, akhirnya tak apalah kami pun mencoba sop ayam dengan bagian paha. Setelah tersaji, saya pun melihat sop ayam yang sekira saya adalah bening, tapi kuahnya kuning sama seperti warna kuah soto tapi rasanya benar sop, dan rasanya tidak meleset dari penasaran kami. Enak bangett...saya dan suami pun ketagihan, bahkan sempat bertanya ada dimana lagi cabangnya hehehe...Pokoknya buat siapapun yang ke Yogya kami berdua merekomendasikan untuk mencoba kuliner yang satu ini. Dijamin maknyuss ( kok saya jadi promosi yah hehehe... )
@pasar beringhardjo

Kenyang. Setelah itu kami pun melanjutkan perjalanan ke Prambanan Shelter. Kami berdua pun sempat membeli kue Klepon di pasar Prambanan yang hanya seharga 100 rupiah saja. Setelah itu kami berdua menuju Trans Yogya dengan kode 3A dan berhenti di Shelter Malioboro 2, dan sampai dihotel Merbabu di Jl. Sosrowijayan yang sebelumnya kami tempati tengah hari. Untuk melepas lelah dan membayar "utang tidur " yang tak terpuaskan semalam, kami pun lelap tertidur. 

ramainya pasar beringhardjo
13.30, kami pun bangun, seraya tak ingin membuang waktu, kami pun langsung bersiap-siap berjalan di sekitar jantung kota Yogyakarta tersebut. Yah kami memang ingin menghabiskan waktu hari ini untuk berjalan di seputaran kawasan ini, sekaligus mengumpulkan tenaga kami untuk perjalanan kami besok yang lebih seru. Tujuan kami adalah Pasar Beringhardjo, pasar favourit kami untuk membeli oleh-oleh yang sebelumnya pada hari kedua kami hanya melihat-lihat dan tanya2 harga saja. Kain Pashmina, Dress batik, Tas, Sepatu, cinderamata lainnya, menjadi pemandangan kami selama di pasar tersebut. Sambil mencocokan list oleh-oleh untuk keluarga dan sahabat, tak terasa kami muter-muter disana hampir 3 jam. Suami saya pun sudah kelelahan berjalan sore itu. Setelah puas kami pun keluar dari pasar untuk duduk di kawasan jalan yang sore itu banyak di ramaikan oleh muda-mudi, sambil santai kami pun membeli lumpia ayam.

Tiba-tiba ibu disebelah saya mengajak saya berbicara, bertanya dari mana asal kami, dan lain-lain. Sore itu pengalaman obrolan bersama ibu itu yang tidak bisa saya lupakan, yang berujung jadi cerita hidup si ibu. Ibu itu adalah tukang pijat, dia datang ke Yogya dari Solo, suaminya sudah meninggal, dia pun sudah renta, hanya kemampuan pijitan andalan nya lah yang menyokong kehidupan dia hari-hari. Dia menceritakan kepada saya saat-saat indah bila ada orang yg memakai jasa dia memberikan uang lebih, bahkan memberi dia makan berlimpah untuk dibawa pulang, bahkan kisah pilu yang dia rasakan bila tidak ada rezeki hari itu, dia pernah menjual celana panjang dia seharga 20 ribu rupiah , untuk dia menyambung hidup, dan dengan belas kasih orang yang mau memberi dia tempat tidur dimalam hari seharga 2rb/malam, atau lain lagi bila ada "oknum" yang mencurangi dia. Dia juga bercerita tentang anaknya yang semua sudah menikah, sekalipun anak dan menantunya menyuruh dia untuk tinggal bersama mereka dan tidak usah bekerja lagi, namun si ibu tidak ingin menyusahkan anak mantu dia yang notabene hidupnya pun belum mapan. Bagi si ibu, setiap orang di kawasan ini menjadi temannya, mulai dari tukang becak, penjual pecel, dll dan dia berdoa setiap hari agar dia bisa mendapatkan rezeki dan bertemu pelanggan baik hati yang menghargai pekerjaannya. Cerita sore itu menjadi renungan kami berdua, dibalik wajah tegar si ibu tukang pijat ini, tersimpan beban hidup yang berat. Malam hampir tiba, setelah berbagi kasih sore itu, saya pun mengucapkan salam perpisahan dengan ibu tukang pijat itu dan kembali ke hotel. Selalu mengucap syukur menjadi pengalaman hidup kami berdua.

18.30, Malam itu, kami makan di dekat hotel merbabu. Kami memesan mie godok jawa dan nasi goreng ampla di bapak tukang mie tektek, yang ternyata masakan si bapak menjadi favorit turis-turis asing malam itu. Malam itu, kami ditemani satu meja oleh turis dari Jerman bersama pacarnya tentunya dan turis dari Amerika. Tentu saja bukan si bapak yang bertanya kepada turis2 asing tersebut, tapi ada penduduk lokal yang membantu menerangkan. Malam itu menjadi seru karena, ternyata saya tahu turis2 tersebut juga datang ala Backpacker ke Indonesia.  Setelah puas makan dan santai, kami pun berencana membeli sarapan untuk perjalanan besok di angkringan tugu. Setelah itu kami pun tak berlama-lama segera menuju ke hotel untuk istirahat karena besok pukul 05.00 pagi kami dijemput untuk perjalanan lainnya.

13 Desember 2010


sunrise masih malu2
04.20 pagi, kami pun bangun, mandi dan bersiap-siap untuk dijemput melihat matahari terbit di Borobudur. Pukul 05.00 tepat kami dijemput oleh Supir tour private kami dengan menggunakan mobil Avanza hitam kala itu.Yup, rencana perjalanan kami hari ini adalah menyusuri borobudur yang sudah lama tidak saya lihat setelah hampir 10 tahun dan keindahan panorama Dieng. Sambil perjalanan, saya melihat aktivitas pagi penduduk Yogyakarta.dan rumah-rumah penduduk yang roboh bahkan tertutup pasir lahar dingin. Saya memang suka bila perjalanan dilakukan pada saat sepi, misal pagi-pagi benar ataupun malam benar.

Pukul 05.45, kami pun sudah tiba di Candi Borobudur. Namun pintu tiket belum dibuka, karena baru dibuka pukul 06.00 pagi. Sambil foto-foto dan melihat-lihat kawasan Borobudur yang masih bersisa abu vulkanik pagi itu, tak menyurutkan kami ataupun turis-turis asing yang lain untuk menjejaki Candi Borobudur pagi itu. Setelah menunggu, tak lama loket tiketpun terbuka. Tiket masuk saat itu Rp. 20,000 /org. Kami dan turis asing lainnya pun bergegas masuk, sambil mengabadikan sisa peninggalan sejarah tersebut, sambil saya mengenang kembali saat SMP saya kesini, banyak sekali perbedaan nya.
sunrise @borobudur

Dikarenakan masih ada pengerjaan sisa-sisa debu vulkanik pada saat itu, jadi beberapa jalur naik pun masih digaris kuning. kami dan turis asing pun tak kehilangan akal untuk mengabadikan arca-arca dan candi secara keseluruhan, dan moment yang dinanti pun tiba yakni matahari terbit di ufuk timur candi. Banyak yang harus di pugar, dengan arca kepala budha yang tinggal setengah bahkan tanpa kepala, namun tak menyurutkan saya berdecak kagum akan arsitektur jaman itu. Yah semoga keindahannya tetap seperti dulu, walau bagaimanapun bangunan ini telah menjadi keajaiban dunia.

 Puas berkeliling dan berfoto ria, saya dan suamipun berkeliling daerah sekitar, mulai dari museum Samuderaksa sampai kandang gajah. Museum Samuderaksa adalah museum tentang bahari mulai dari sejarah kapal Indonesia yang telah berlayar berbulan-bulan keliling dunia bahkan sampai Madagaskar dan sejarah dari hewan lemur yang ada. Setelah itu kami ke Kandang Gajah untuk melihat bayi gajah pagi hari itu.
@museum samuderaksa


Puas berkeliling dan berjalan-jalan pagi, kami pun bergegas meninggalkan Borobudur menuju ke Dieng. Waktu tempuh dari Borobudur ke Dieng adalah /- 2 jam, selama perjalanan kami ke Dieng, kami disuguhi oleh pemandangan alam yang luar biasa Wonosobo, Hijau menghampar mengapit gunung Sumbing. Sang supir pun sambil menjelaskan apa nama gunung atau kawasan yang kami lewati. Tak tahan rasanya bila tidak berfoto-foto, sesekali pula kami turun hanya untuk mengabadikan ciptaan TUHAN yang sangat indah tersebut. Yah memang Wonosobo terkenal dengan kebun sayur mayurnya. Dari atas terlihat sangat indah seolah karpet hijau.
pemandangan selama perjalanan

Tiba akhirnya di Dieng, kami pun membeli tiket masuk seharga 6rb/org untuk Candi Arjuna dan Kawah Sikidang. Peninggalan candi di masa lampau yang dihiasi hijaunya perbukitan di kawasan Dieng juga dinginnya udara disana membuat kami tambah semangat dan segar menjejaki kawasan tersebut, namun ada beberapa lokasi yang petunjuknya masih ada tapi sudah tidak ada lagi atau sudah berubah menjadi lahan untuk warga. Puas berfoto, kami pun melanjutkan perjalanan ke Kawah Sikidang.
gunung sumbing
@ wonosobo

view dari atas gardu

Sebelumnya saya menyempatkan ke Museum Kaliasa yang berisi arca-arca dari pandawa lima dan lainnya. Setelah sampai, banyak pedagang yang menjual hasil kebun mereka, terutama kentang, yang bikin takjub adalah harganya itu lhooo..murah sekali. Bayangkan 1 kerat kentang yang mungkin beratnya lebih dari 5 kg hanya Rp. 5000 rupiah saja ( all in ), kalo saya gak bawa banyak barang di tas, mungkin uda saya borong. Tapi hari itu saya hanya "mupeng" aja, dan melihat-lihat bunga edelweis atau cabai khas Wonosobo yakni bentuknya menyerupai "jambu" namun pedas rasanya. Puas lihat-lihat di pintu masuk kawah, kami pun masuk lebih dalam lagi.
Candi Arjuna Dieng
Nampak beberapa kolam air magma panas mendidih  dijalan kami menuju kawah utama. Kawah sikidang ini masih alami, jalannya pun berbatu dan tanah berwarna kuning. Kawah ini terjadi karena letusan gunung berapi yang membentuk kawah yg masih aktif namun aman karena tingkat kadar belerang yang rendah, dan tetap indah dengan bukit sebagai background kawah.
@kawah Sikidang

Tiba akhirnya kami di kawah utama dengan kolam dengan diameter yang lebih besar,berasap, dan kedalaman yang tak diketahui. tentu saja tak lupa berfoto ria didepan kawah walaupun rada panas hehehe..Setelah puas bernarsis ria, kami pun turun kawah untuk melanjutkan perjalanan kami selanjutnya.
narsis ria berdua ^_^
Tempat ini yang ingin saya tuju, yakni Telaga Warna dan telaga Pengilon. Telaga ini bisa berubah-ubah warnanya, terkadang berwarna hijau kuning , biru muda kuning, kadang ber warna-warni tergantung cuaca, waktu dan sudut pandang saat melihatnya. Tapi menurut cerita penduduk kenapa warna telaga ini berwarna adalah dulu ada cincin bertuah seorang bangsawan yang jatuh kedalam telaga ini. Suasana di dalam kawasan telaga ini sangat sejuk karena banyak pohon-pohon rindang dan perbukitan yang mengelilinginya. Kalau kita jalan lebih dalam lagi ada telaga Pengilon yang ukurannya lebih kecil namun memiliki cerita yang konon telaga ini airnya jernih seperti cermin yang bisa mengetahui isi hati manusia, maksudnya bila orang tersebut saat bercermin di air telaga ini terlihat tampan ataupun cantik, berarti hati orang tersebut baik, begitupun sebaliknya.Tapi kalau secara ilmiah sih terbentuknya telaga ini karena kawah gunung merapi dan air belerang yang terbiaskan bila terkena sinar matahari.
telaga warna

Didalam kawasan telaga ini juga terdapat beberapa gua yang menyimpan legenda dan suasana mistis, seperti Gua semar, gua Sumur, Gua Jaran dan jalannya pun seperti layaknya kita jalan di hutan. Seperti halnya telaga yang menyimpang cerita dan legendanya masing-masing. Gua-gua tersebut pun menyimpang ceritanya. Misalnya Gua Semar ada karena untuk menghormati Eyang Semar, ataupun gua sumur dengan arca wanita dengan kendinya, yang konon air di dalam gua sumur nya bertuah dan membuat awet muda. Juga banyak batu-batu yang kadang di pakai untuk ritual-ritual ataupun bertapa. Oleh karena itu bila memasuki tempat ini kita pun harus sopan, menjaga ucapan dan sikap kita terhadap peninggalan sejarah tersebut. 

telaga pengilon
Didalam kawasan itu juga ada Dieng Plateau Theater dimana kita bisa mengetahui sejarah asal mula dieng, dsb nya disana. Tapi kami tidak memutuskan untuk kesana dan kembali setelah puas menikmati alam dan mengabadikannya. Tak jauh dari situ pun ada kawah sileri yang airnya seperti air tajin, dan ada kawah Candradimuka yang konon airnya memberi banyak berkah seperti buang sial, dan bagus untuk menyembuhkan penyakit kulit.
purwaceng

Kami pun tak lupa membeli oleh-oleh sepeti kacang dieng dan keripik jamur oleh penduduk lokal. Banyak juga oleh-oleh khas Dieng yakni obat herbal " Purwaceng " yang dijual konon ini bagus untuk stamina dan kejantanan para pria yang juga disebut Viagra tradisional.

gua sumur
Setelah itu kami pun melanjutkan perjalanan kami menikmati Kuliner khas Wonosobo yakni Mie Ongklok. Ternyata Mie Ongklok itu Mie dengan kuah kental,irisan tahu dan sayuran.Kuah kentalnya ada aroma ebinya ,dengan bumbu bawang putih dan bawang merah,dan sedikit kecap,di tambah pedas cabe rawit yang di ulek langsung di mangkuknya.Rasanya gurih tp lebih bnyak rasa manisnya dan pedas,di sajikan dengan sepiring sate sapi yang pakai sambal kacang, dan nama "ongklok" sendiri itu karena cara masaknya di angkat-angkat ( ongklok). Tapi setidaknya saya jadi tahu kuliner khas yang satu ini.

mie ongklok
Kami dan supir pun memesan 3 mie ongklok, 1 porsi sate kambing, dan soto sapi lengkap dengan nasi. Setelah mencoba dan sedikit bersantai, sambil bercengkerama dengan pak supir ( saya lupa namanya ), kami pun bergegas pulang kembali ke Yogya. Hari pun beranjak sore, selama perjalanan kamipun tertidur sampai akhirnya terbangun di jalan muntilan,magelang karena kondisi sedikit macet akibat pemandangan lahar dingin yang sedang di ambil pakai truk pasir. Kata si pak supir, pasir lahar dingin itu mahal harganya bila dijual dan kualitasnya sangat bagus. Yah tapi yang rugi yah warga yang rumahnya tertimbun lahar dingin tersebut. Tak jauh dari kawasan itu, beberapa posko pengungsian korban merapi pun masih melayani pengungsi.
lahar dingin di muntilan

Tiba sampai di Kawasan Malioboro, ternyata hari itu seluruh pedagang Malioboro dilarang berjualan karena dari pagi sampai sore, istana negara di komplek kawasan tersebut sedang ada Rapat Paripurna. Wah beruntungnya kami, hari ini kami seharian di luar dan menikmati perjalanan, kalau saja kemarin kami putar jadwal sebaliknya, pasti hari ini jalanan sepi dan kami pun mungkin tidak kemana2. Setelah itu kami berdua mengucapkan terimakasih dan salam perpisahan kepada pak supir yang baik hati dan bergegas masuk ke hotel untuk istirahat setelah lelah seharian berpetualang.

14 Desember 2010

Tak terasa kami pun sampai di hari terakhir perjalanan indah kami. Yah ini adalah hari terakhir kami di Yogyakarta. Jam 07.00 pagi kami bangun, bersiap-siap dan membereskan barang-barang kami sebelum akhirnya kami check out siang ini. Pagi ini sebelum kami check out, kami rencananya membeli oleh-oleh makanan khas Yogya. Tentu saja saya pun menelpon tukang becak motor yang setia menemani kami di hari2 sebelumnya. Tak lama saya dan suami keluar hotel, si pemuda ini sudah menunggu kami di depan gank, rencana pagi ini saya minta diantarkan dia untuk membeli Bakpia Pathuk, ke Jl. Wijilan dimana sentra Gudeg berada. Setelah puas membeli oleh-oleh, kami pun kembali ke Malioboro. Saya pun mengucapkan terimakasih kepada tukang becak tersebut, mudah2an lain waktu bila saya kesini masih bisa memakai jasa becak motornya. 
becak motor langganan

siap lepas landas
Setelah siap dengan barang bawaan, kami pun segera check out hotel dan meninggalkan kawasan tersebut menuju maliobora shelter menuju bandara Adisucipto Shelter untuk kembali ke Jakarta. Rencana kami makan siang di bandara, namun yang tak disangka2, suami saya melihat ada cabang Sop Ayam Pak Min di dekat Shelter Janti Atas. Tak usah disuruh kami pun turun dishelter Janti Atas. Finally, kami makan siang disana, senang sekali bisa merasakan lagi sop ayam yang hanya ada di Yogya dan Klaten ini. Kami pun bisa memesan Sop ayam Dada, bahkan makan siang kami ditemani oleoh senior yang bekerja lama di Sop Ayam Pak Min, kepada kami dia menceritakan asal usul sop ayam ini. Tentu saja pendirinya Pak Min, lalu diwariskan ilmu nya ke anak2nya, namun usaha nya lebih berkembang di tangan anak bontotnya ( ragil = bontot ), saudaranya yang lain pun memakai nama yang sama, yg membedakannya hanya ada tulisan "ragil" tidaknya. Puas bercengkerama dan kenyang, kami pun berpamitan dengannya menuju bandara menggunakan Trans Yogya.
welcome jakarta

Sampai di Bandara kami pun menunggu, sampai akhirnya Pesawat Mandala kami siap berangkat ke Jakarta. Pemandangan dari atas ketinggian, membuat saya terkenang kembali perjalanan yang telah kami jalani. 1 jam berlalu, kami pun tiba di terminal 3, dan kembali ke rumah kami. Hangatnya Yogyakarta akan kami sambangi lagi kemudian hari nanti.












Total Pengeluaran :
Transport to Bandara    Rp. 68,000
Pesawat PP ( 2 org )       Rp. 475,845
Airport tax  pp                Rp. 150,000
Hotel 6hr5mlm                Rp. 520,000
Private tur (hari ke 2 & 5 )   Rp. 730,000 ( termsk supir & bensin )
Tiket msk obyek2 wisata & Transyogya Rp. 236,000 (utk 6 hari termasuk biaya becak)
Makan 6 hari 5 malam    Rp. 422,700
Damri bandara-TA (2 org ) taxi   Rp,   50,000
===================================(+)
Total pengeluaran      Rp. 2,652,545 ( tidak termasuk oleh2 )

* keterangan harga tiket obyek wisata diatas tidak mengikat dan dapat berubah sewaktu2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar